Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada
Pasien Rinitis
a.
Definisi
Rhinitis adalah
peradangan selaput lendir hidung. (Dorland, 2002). Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa.
Rinitis adalah suatu inflamasi
membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokkan baik sebagai rinitis alergik
atau nonalergik. Rinitis non-alergik paling sering disebabkan oleh infeksi
saluran nafas atas, termasuk rinitis viral (Common
cold) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai akibat masuknya
benda asing kedalam hidung, deformitas structural, neoplasma, dan massa.
Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana kasus ini disebut sebagai
rhinitis alergik. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 547-548).
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a.
Rhinitis akut
(coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan
sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit
ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi
pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim
semi.
b.
Rhinitis kronis
adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi
yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
b.
Klasifikasi Rinitis
a. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang
sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi
udara atau asap.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan
diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita
mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan
deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi
peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis).
Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler
dan hidung tersumbat.
Pengobatan:
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin. Pemberian
antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoephedrine atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan
hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi
harus diawasi secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium
kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika
pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat
semprot kortikosteroid. Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu
meringankan gejala, maka diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari
10 hari.
b. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang
masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di
rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang
menyengat.
Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan
diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita
mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan
deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan
berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung
tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga,
sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul
komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
Pengobatan :
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin. Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk
melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah
tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas
pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat
semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui
mulut).
Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa
diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena
bisa memperburuk atau memperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.
c. Rhinitis Non Alergi
Rhinitis non
allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis
bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural,
neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan
kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.
Gejala :
Kongesti
nasal, rabas nasal (purulent dengan
rhinitis bakterialis), gatal pada nasal, bersin-bersin, sakit kepala.
Terapi Medik :
Pemberian
antihistamin, dekongestan, kortikosteroid topikal, natrium kromolin.
c.
Etilogi Rinitis
Rhinitis alergi
adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti
oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
a.
Immediate Phase
Allergic Reaction, berlangsung
sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
b.
Late Phase
Allergic Reaction, reaksi yang
berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan
dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
d.
Tanda dan Gejala
a.
Bersin
berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).
b.
Hidung tersumbat.
c.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening
dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan
jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
d.
Hidung gatal
dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
e.
Badan menjadi
lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis
yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri
dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali
serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi.
Gejala lainnya
adalah keluar
ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan
kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
Tanda dan gejala rinitis adalah
rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan renitis bakterialis ) gatal pada
nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika
terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).
e.
Patologi
Terdapat
hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada
mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel
cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari
cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang
terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh
darah membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi
serosa. (Perawatan Anak Sakit:
Ngastiyah, 2003)
Patofisiologi
rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga
menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap)
mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang
mengeluarkan lendir atau ingus.
f.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis
rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji
laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat
keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran
nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika.
Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang
penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE
spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi
nasal masih terbatas pada bidang penelitian.
g.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
rinitis tergantung pada penyebab,yang mungkin diidentifikasi dengan riwayat
kesehatan komplit dan menanyakan pasien dengan kemungkinan pemajanan terhadap
allergen di rumah, lingkunan, atau di tempat kerja. Jika gejala menunjukkan
ringitis alergik, mungkin dilakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi
kemungkinan allergen. Terapi obat-obatan termasuk antihistamin, dekongestan,
kortikosteroid topical, dan natrium kromolin. Obat-obatan yang resepkan
biasanya digunakan dalam beberapa kombinasi, tergantung pada gejala pasien. (
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).
Pasien
dengan rinitis alergik diinstruksikan untuk menghindari alergen atau iritan,
seperti debu, asap, bau, tepung, sprei, atau asap tembakau . Sprei nasal salin
mungkin dapat membantu dalam menyembuhkan membrane mukosa, melunakan sekresi
yang kering, dan menghilangkan iritan. Untuk mencapai kesembuhan maksimal,
pasien diinstruksikan untuk menghembuskan hidung sebelum memberikan obat apapun
ke dalam rongga hidung.
Pengobatan
bersifat individual karena reaksi alergis tidak selalu sama pada tiap individu.
Obat yang biasa diberikan adalah :
a.
Antihistamin, kortikosteroid, dan obat tetes hidung
vasokontriktor.
b.
Pengobatan spesifik tehadap alergen tertentu setelah
uji kerentanan.
h.
Komplikasi
a.
Polip hidung.
Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
b.
Otitis media.
Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama
kita temukan pada pasien anak-anak.
c.
Sinusitis
kronik
d.
Otitis media
dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan
adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase
Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Rinitis
A.
PENGKAJIAN
a.
Identitas (Nama, jenis kelamin, umur , bangsa )
b.
keluhan utama :
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
c.
Riwayat peyakit dahulu: Pernahkan pasien
menderita penyakit THT sebelumnya.
d.
Riwayat keluarga : Apakah keluarga adanya
yang menderita penyakit yang di alami pasien
e.
Pemeriksaan
fisik :
Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
f. Pemeriksaan
penunjang :
Pemeriksaan nasoendoskopi
Pemeriksaan sitologi hidung
Hitung eosinofil pada darah tepi
Uji kulit allergen penyebab
B.
DIAGNOSA
a.
Cemas
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan
medis.
b.
Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
c.
Gangguan pola
istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
d.
Gangguan konsep
diri berhubungan dengan rhinore
C.
INTERVENSI
1.
Cemas
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan
medis
Tujuan : Cemas
klien berkurang/hilang
Kriteria : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang
dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat kecemasan klien
2.
Berikan
kenyamanan dan ketentamanpada klien :
-
Temani klien
-
Perlihatkan
rasa empati (datang
dengan menyentuh klien)
3.
Berikan
penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta
gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4.
Singkirkan
stimulasi yang berlebihan misalnya :
-
Tempatkan
klien diruangan yang lebih tenang
-
Batasi kontak
dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5.
Observasi tanda-tanda vital.
6.
Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
|
1.
Menentukan tindakan selanjutnya
2.
Memudahkan
penerimaan klien terhadap
informasi yang diberikan
3.
Meningkatkan
pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga
klien lebih kooperatif
4.
Dengan
menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
5.
Mengetahui
perkembangan klien secara dini.
6.
Obat dapat
menurunkan tingkat kecemasan klien
|
2.
Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/adanya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan
nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria : Klien tidak bernafas lagi melalui mulut dan jalan nafas kembali
normal terutama hidung
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji penumpukan secret yang ada
2.
Observasi tanda-tanda vital.
3.
Kolaborasi
dengan team medis
|
1.
Mengetahui
tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
2.
Mengetahui
perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
3.
Kerjasama
untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi
|
3.
Gangguan pola
istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria : Klien
tidur 6-8 jam sehari
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji kebutuhan tidur klien.
2.
Ciptakan suasana yang nyaman.
3.
Anjurkan klien bernafas lewat mulut
4.
Kolaborasi
dengan tim medis pemberian obat
|
1.
Mengetahui
permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2.
Agar klien
dapat tidur dengan tenang
3.
Pernafasan tidak terganggu.
4.
Pernafasan
dapat efektif kembali lewat hidung
|
4.
Gangguan konsep
diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Dorong
individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosis kesehatan
b.
Ajarkan
individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya
: pusat kesehatan mental)
b.
Dorong
individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu
merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
|
a.
Memberikan
minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiakikesalahan konsep
b.
Pendekatan
secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara
tingkah laku koping
c.
Dapat membantu
meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan
pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap
pengendalian diri
|
D. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan rencana.Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan yang telah
dirumuskan, selama melaksanakan tindakan perawat menilai efektivitas tindakan
keperawatan dan respon pasien, juga mencatat dan melaporkan tindakan perawatan
yang diberikan serta mencatat reaksi pasien yang timbul (Doenges.(2009). Hal
:426-880).
1.
Mendorong
individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosis kesehatan
2.
Mengatur
kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur
3.
Menjauhkan
hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi terutama
oleh pecinta binatang
4.
Membersihkan kasur
secara rutin
Perawatan
a.
If there is
inflammation in the nose, the treatment of choice for this form of non-allergic
rhinitis is nasal corticosteroid sprays. Jika ada peradangan di hidung, perlakuan pilihan formulir ini untuk
non-alergi rhinitis adalah sengau corticosteroid sprays.
b.
If there is a
lot of runny nose, ipratropium nasal spray can provide relief against
this symptom in non-allergic rhinitis. Jika ada banyak pilek, ipratropium
sengau semprot dapat menyediakan bantuan terhadap gejala ini di non-alergi
rhinitis.
c.
If nasal
congestion is a major problem, decongestant pills or sprays can be used,
but the sprays should not be used for long periods of time,Jika hidung
tersumbat adalah masalah besar, decongestant tablet atau sprays dapat
digunakan, tetapi sprays tidak boleh digunakan untuk waktu lama,
d.
Recently, an antihistamine
nasal spray has been found helpful in relieving the symptoms of
non-allergic rhinitis.Baru-baru ini, sebuah antihistamine sengau semprot
telah bermanfaat dalam melegakan gejala non-alergi rhinitis.
e.
By learning
about the causes and symptoms of various forms of rhinitis, you will be better
able to identify your symptoms and triggers. Dengan belajar tentang penyebab
dan gejala dari berbagai bentuk rhinitis, Anda akan dapat lebih baik untuk
mengidentifikasi gejala dan memicu. Your allergist/immunologist can assist by making
an accurate diagnosis and developing an effective treatment plan for you. Anda
allergist / immunologist dapat membantu dengan membuat diagnosa yang akurat dan
mengembangkan rencana perawatan yang efektif untuk Anda.
E. EVALUASI
Evaluasi
dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
1.
Mengetahui
tentang penyakitnya
2.
Sudah bisa
bernafas melalui hidung dengan normal
3.
Bisa tidur
dengan nyenyak
4.
Mengutarakan
penyakitnya tentang perubahan penampilan
KESIMPULAN
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di
hidung. (Dipiro, 2005). Rhinitis adalah
peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
a.
Alergen
Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
b.
Alergen
Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang
c.
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau
tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
d.
Alergen
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar