Jumat, 21 Desember 2012

ASKEP PADA PASIEN RINITIS



Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Rinitis



a.         Definisi
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. (Dorland, 2002)Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa.
Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokkan baik sebagai rinitis alergik atau nonalergik. Rinitis non-alergik paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk rinitis viral (Common cold) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai akibat masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas structural, neoplasma, dan massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana kasus ini disebut sebagai rhinitis alergik. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 547-548).

Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a.    Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b.    Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

b.        Klasifikasi Rinitis
a.     Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
Pengobatan:
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin. Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoephedrine atau fenilpropanolaminn) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid. Jika obat semprot kortikosteroid masih juga tidak mampu meringankan gejala, maka diberikan kortikosteroid per-oral selama kurang dari 10 hari.

b.    Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.
Gejala:
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
Pengobatan :
Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman adalah antihistamin. Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung tersumbat. Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi secara ketat.
Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin; efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang. Jika pemberian antihistamin dan kromolin tidak dapat mengendalikan gejala-gejala, maka diberikan obat semprot kortikosteroid; tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut).
Obat tetes atau obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter, sebaiknya digunakan tidak terlalu lama karena bisa memperburuk atau memperpanjang peradangan hidung. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membuang polip atau pengobatan terhadap infeksi sinus.

c.       Rhinitis Non Alergi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh : infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.
Gejala :
Kongesti nasal, rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis), gatal pada nasal, bersin-bersin, sakit kepala.
Terapi Medik :
Pemberian antihistamin, dekongestan, kortikosteroid topikal, natrium kromolin.

c.         Etilogi Rinitis
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
a.    Immediate Phase Allergic Reaction, berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
b.    Late Phase Allergic Reaction, reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

d.        Tanda dan Gejala
a.    Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
b.    Hidung tersumbat.
c.    Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
d.   Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
e.    Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
Tanda dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan renitis bakterialis ) gatal pada nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).

e.         Patologi
Terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa traktus respiratoris terutama pada mukosa hidung dan sinus, metaplasia epitel bersilia dan peninggian relative sel cangkir. Membrana propria hidung dan sinus menjadi sembab dan terdiri dari cairan interstitium. Sel jaringan interstitium membentuk serbukkan seluler yang terdiri dari sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah  membengkak sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit: Ngastiyah, 2003)
Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus.

f.         Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian.

g.        Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rinitis tergantung pada penyebab,yang mungkin diidentifikasi dengan riwayat kesehatan komplit dan menanyakan pasien dengan kemungkinan pemajanan terhadap allergen di rumah, lingkunan, atau di tempat kerja. Jika gejala menunjukkan ringitis alergik, mungkin dilakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi kemungkinan allergen. Terapi obat-obatan termasuk antihistamin, dekongestan, kortikosteroid topical, dan natrium kromolin. Obat-obatan yang resepkan biasanya digunakan dalam beberapa kombinasi, tergantung pada gejala pasien. ( Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).
Pasien dengan rinitis alergik diinstruksikan untuk menghindari alergen atau iritan, seperti debu, asap, bau, tepung, sprei, atau asap tembakau . Sprei nasal salin mungkin dapat membantu dalam menyembuhkan membrane mukosa, melunakan sekresi yang kering, dan menghilangkan iritan. Untuk mencapai kesembuhan maksimal, pasien diinstruksikan untuk menghembuskan hidung sebelum memberikan obat apapun ke dalam rongga hidung.
Pengobatan bersifat individual karena reaksi alergis tidak selalu sama pada tiap individu. Obat yang biasa diberikan adalah :
a.    Antihistamin, kortikosteroid, dan obat tetes hidung vasokontriktor.
b.    Pengobatan spesifik tehadap alergen tertentu setelah uji kerentanan.

h.        Komplikasi
a.    Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
b.    Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
c.    Sinusitis kronik
d.   Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rinitis

A.      PENGKAJIAN
a.    Identitas (Nama jenis kelamin umur  bangsa )
b.    keluhan utama : Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
c.    Riwayat peyakit dahulu: Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
d.   Riwayat keluarga : Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
e.    Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
f.  Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan nasoendoskopi
Pemeriksaan sitologi hidung
Hitung eosinofil pada darah tepi
Uji kulit allergen penyebab


B.       DIAGNOSA
a.    Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis.
b.    Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
c.    Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
d.   Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore


C.      INTERVENSI
1.    Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat kecemasan klien
2.      Berikan kenyamanan dan ketentamanpada klien :
-          Temani klien
-          Perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien)
3.      Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4.      Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
-          Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
-          Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5.      Observasi tanda-tanda vital.
6.      Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
1.    Menentukan tindakan selanjutnya
2.    Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
3.    Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
4.    Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
5.    Mengetahui perkembangan klien secara dini.
6.    Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien


2.      Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/adanya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria : Klien tidak bernafas lagi melalui mulut dan jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi
Rasional
1.        Kaji penumpukan secret yang ada
2.        Observasi tanda-tanda vital.
3.        Kolaborasi dengan team medis
1.    Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
2.    Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
3.    Kerjasama untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi


3.      Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria : Klien tidur 6-8 jam sehari

Intervensi
Rasional
1.      Kaji kebutuhan tidur klien.
2.      Ciptakan suasana yang nyaman.
3.      Anjurkan klien bernafas lewat mulut
4.      Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
1.    Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2.    Agar klien dapat tidur dengan tenang
3.    Pernafasan tidak terganggu.
4.    Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung


4.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Intervensi
Rasional
a.    Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b.    Ajarkan individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
b.    Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
a.    Memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiakikesalahan konsep
b.    Pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping
c.    Dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri


D.      IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana.Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan yang telah dirumuskan, selama melaksanakan tindakan perawat menilai efektivitas tindakan keperawatan dan respon pasien, juga mencatat dan melaporkan tindakan perawatan yang diberikan serta mencatat reaksi pasien yang timbul (Doenges.(2009). Hal :426-880).
1.    Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
2.    Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur
3.    Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi terutama oleh pecinta binatang
4.    Membersihkan kasur secara rutin

Perawatan
a.    If there is inflammation in the nose, the treatment of choice for this form of non-allergic rhinitis is nasal corticosteroid sprays. Jika ada peradangan di hidung, perlakuan pilihan formulir ini untuk non-alergi rhinitis adalah sengau corticosteroid sprays.
b.    If there is a lot of runny nose, ipratropium nasal spray can provide relief against this symptom in non-allergic rhinitis. Jika ada banyak pilek, ipratropium sengau semprot dapat menyediakan bantuan terhadap gejala ini di non-alergi rhinitis.
c.    If nasal congestion is a major problem, decongestant pills or sprays can be used, but the sprays should not be used for long periods of time,Jika hidung tersumbat adalah masalah besar, decongestant tablet atau sprays dapat digunakan, tetapi sprays tidak boleh digunakan untuk waktu lama,
d.   Recently, an antihistamine nasal spray has been found helpful in relieving the symptoms of non-allergic rhinitis.Baru-baru ini, sebuah antihistamine sengau semprot telah bermanfaat dalam melegakan gejala non-alergi rhinitis.
e.    By learning about the causes and symptoms of various forms of rhinitis, you will be better able to identify your symptoms and triggers. Dengan belajar tentang penyebab dan gejala dari berbagai bentuk rhinitis, Anda akan dapat lebih baik untuk mengidentifikasi gejala dan memicu. Your allergist/immunologist can assist by making an accurate diagnosis and developing an effective treatment plan for you. Anda allergist / immunologist dapat membantu dengan membuat diagnosa yang akurat dan mengembangkan rencana perawatan yang efektif untuk Anda.


E.       EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
1.    Mengetahui tentang penyakitnya
2.    Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal
3.    Bisa tidur dengan nyenyak
4.    Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilan



KESIMPULAN

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005). Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
a.     Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
b.     Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
c.     Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
d.     Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan














Tidak ada komentar:

Posting Komentar